Dalam membeli suatu barang melalui dunia maya, kepercayaan terhadap lawan jual beli adalah hal nomor satu. Baik pembayaran dengan cara COD ataupun bertemu langsung. Disini saya akan sedikit bercerita mengenai transaksi jual beli dengan rekan sesama kampus ITB. Baik yang masih mahasiswa atau sudah alumni. Entah kenapa, label mahasiswa/alumni ITB sudah punya nilai kepercayaan sendiri yang berbuah kenyamanan dalam bertransaksi. Entahlah, mungkin karena sama-sama dari ITB, jika terjadi hal yang tidak diinginkan misalnya barang mengecewakan atau penipuan, sang lawan transaksi dengan mudah dilacak. Entah melalui mutual friend ataupun dari NIM. Dan alhamdulillah, sejauh ini bertransi dengan anak ITB aman-aman saja. Lawan transaksi saya biasanya saya temukan di grup FB Forum Jual Beli (FJB) ITB, ITBMotherhood, ataupun rekan ITB lainnya yang bukan merupakan dari dua grup itu. Berikut beberapa testimonial saya mengenai kenyamanan berbelanja dengan rekan-rekan ITB.
Case 1
Saya hendak membeli Lensa nikkor 50 mm f1.8 dari seorang mahasiswa teknik perminyakan. Lensa tersebut preloved, baru dipakai beberapa bulan dan pembelian saat di Jepang. Saat saya sedang kebetulan ke Bandung, kita janjian COD di kampus. Si anak tersebut datang tepat waktu, membawakan barangnya dalam kondisi bagus dan terawat serta menyerahkan kepada saya.
"Dicoba dulu mba", ujarnya.
Saya mencobanya dan benar lensanya masih dalam kondisi siap tempur. Setelah merasa cocok, transaksi pun dilakukan. Deal
"Kalau ada apa-apa sama barangnya kontak saya lagi ya mba!."
Mantap! Tanggung jawab dengan barang dagangan. Dan saya tidak mengkontak ia lagi karena memang barang tidak ada masalah
Case 2
Saya hendak membeli iPhone 5 dengan ketentuan preorder kepada seorang mahasiswa teknik kimia. Karena preorder jadi harga barang miring. awalnya saya agak takut karena harus menyetor uang yang terbilang sangat banyak dan menunggu barang beberapa minggu. Untuk keamanan saya meminta difotokan KTP dan Kartu Mahasiswa. Kalau macam-macam bisa saya lacak nih. Tidak cuma itu saja, si anak Tekkim juga mengadd Facebook saya. Wah, kayaknya credible. Saat transaksi dia juga meminta tolong tulis surat perjanjian. Kami janjian bertemu di McD Dago dimana disampingnya ada ATM karena saya berniat transfer saja dibanding bawa uang tunai. Surat perjanjian dia cek, setelah setuju kami sama-sama tanda tangan. Setelah itu saya pergi ke ATM untuk mentransfer dan kemudian menunjukkan bukti pembayarannya.
Tak disangka, 2 minggu kemudian si anak tekkim mengabarkan kalau gudang suppliernya kebanjiran, barang bisa lewat dari tanggal perjanjian. Saya menuntut harganya lebih murah. Si anak memberi pilihan hanya dua, menunggu atau uang dikembalikan penuh. Saya pikir, saya juga tidak buru-buru. Akhirnya saya pilih menunggu. Di akhir tenggat waktu menunggu, si anak mengabari kalau ternyata barangnya tidak sampai dan berjanji akan mengembalikan uang secara penuh. Esoknya saya cek rekening. Betul, uang saya dikembalikan secara penuh.
Case 3
Saya membeli baby book dari seorang teman anak mikrobiologi yang satu angkatan juga. Pembayaran melalui transfer bank. Tiba-tiba barang sampai dan tidak lama kemudian sang teman chat messenger fb kalau barang sudah dikirim. Wow, barang dikirim duluan padahal saya belum transfer. Saya minta maaf karena lupa transfer dan saat itu juga saya transfer uangnya.
Case 4
Saya adalah orang yang hobi mengkoleksi buku. Sewaktu mengecek grup FJB ITB, ada seorang mahasiswa elektro yang hendak menjual buku-bukunya. Heran, rata-rata mahasiswa mau lulus menjual textbook nya, sementara saya kekeuh melihara hehe. Akhirnya kita menyepakati kalau pembayaran melalui transfer. Namun saya tidak ingin terkena biaya pengiriman, jadi saya meminta apakah bisa COD dengan supir tante saya dengan catatan nanti uang saya transfer. Si mahasiswa setuju, akhirnya dia dan supir tante saya ketemuan di samping gedung annex. Setelah barang diterima, supir tante saya SMS,
"Mbak, barangnya sudah saya ambil, dibayar segera katanya."
Wow, dia percaya menyerahkan barangnya dahulu sebelum saya transfer biayanya!
Case 5
Saya memesan 2 buah buku parenting dari teman saya sesama anak Teknik Lingkungan tapi senior saya. Namun saya lagi belum ada uang jadi meminta supaya buku pesanan saya di keep dan saya akan bayar bulan depannya. Karena bertetangga, saya berencana mampir kerumahnya saat saya lagi ke Bandung. Ternyata saat saya SMS, senior saya sedang di rumah orang tuanya (yang jaraknya hanya jalan kaki dari rumah saya) tapi tidak bawa bukunya. Akhirnya suaminya (yang juga senior TL saya) mengantarkan langsung ke rumah. Dan dalam keadaan saya belum transfer. Saya jadi tidak enak hati, sudah minta barang di keep, buku jadi diantarin, dan saya baru transfer beberapa hari setelah terima buku. Duh
Case 6
Kembali lagi, saya memesan 2 potong kemeja bayi laki-laki kepada teman saya (senior TL saya juga!) yang sedang cuci gudang dan memberikan diskon 50% + 15%. Saya berminat dengan kemejanya namun baru ingin membayar bulan depan a.k.a setelah tahun baru. Teman saya itupun setuju untuk menyimpan baju pesanan saya dahulu. Saya baru mengabarkan telah membayar beberapa hari setelah tahun baru untuk kemudian baru pesanan saya diproses.
Case 7
Atas pesanan ibu saya mengenai playmat untuk bayi, saya memesan playmat kepada salah satu anggota ITBMotherhood. Ibu saya ingin playmat tersebut untuk dirumah ortu saya supaya Hasan enak mainnya kalau sudah bisa merangkak, Saya memesan namun dikonfirmasi kalau pesanan baru akan dijaut setelah tahun baru. Sayapun setuju.
Beberapa hari setelah tahun baru, saya dihubungi bahwa playmat pesanan saya sudah dijahit. Wah, padahal saya belum bayar. Bisa saja saya nakal, membatalkan pesanan. Kan jadi rugi yang jual. Tapi ternyata sang penjual percaya. Setelah saya konfirmasi bahwa sudah ditransfer, baru akhirnya playmat tersebut dikirim ke rumah ortu saya.
7 Kasus diatas adalah cerita mengenai transaksi saya dengan anak ITB sejauh ini. Alhamdulillah, anak ITB itu kredibel ya. Barangnya memuaskan, terpercaya dan dapat diandalkan. Sejauh ini saya puas!
Tidak ada komentar