Bisa saya bilang, mengikuti seminar Family Financial Check up yang diadakan oleh Circle of Young Mom (COYM) bekerja sama dengan Panin di Bursa Efek Indonesia saat 2 minggu lalu adalah salah satu keputusan terbaik yang saya ambil dalam tahun ini. Pada saat diumumkan tentang acara ini di awal november, saya masih agak tidak tertarik, lagipula pada awal Desember saya sudah tidak ada di Jakarta untuk sementara waktu. 2 minggu sebelum acara berlangsung, saya memutuskan tidak ikut ke Pemalang bersama suami karena satu dan lain hal. Saya mulai melirik acara tersebut karena merasa saya bisa pada saat tanggal yang ditentukan. Tetapi lagi-lagi saya tidak mencari tahu apakah tempat masih tersedia atau tidak. Seminggu sebelum acara, karena kembali diinfokan perihal acara, mulai muncul rasa ketertarikan dalam diri saya. Lantas saya pun menghubungi narahubung perihal ketersediaan kursi. Ternyata untuk seminar minggu pertama, yakni Financial Check up sudah penuh. Minggu kedua dengan tema investasi masih tersedia. Saya kembali mengurungkan niat karena saya lebih tertarik untuk tema minggu pertama.
Rezeki tidak kemana, 2 hari sebelum acara saya tiba-tiba dihubungi oleh seorang anggota COYM yang menawarkan “kursi”-nya. Sontak sambutan ini saya ambil dengan sigap, kemudian saya hubungi suami untuk minta izin. Acara berlangsung kurang lebih 3 jam. Karena pada minggu sebelumnya Hasan sukses berkelakuan baik saat dititipkan di rumah mertua padahal saya ada acara dari pagi sampai maghrib, saya menjadi sangat percaya diri menitipkan Hasan kembali. Tentunya setelah izin ke mertua ya. Alhamdulillah izin dari suami pun terbit dan saya pun bisa ikut acara.
Setelah menurunkan Hasan bersama ART di rumah nenek kawasan Kebayoran Baru untuk berikutnya dijemput ke rumah mertua, saya pun langsung meluncur ke BEI. Ini kali keduanya saya mengunjungi BEI. Pertama kali saat SMA untuk kunjungan melihat aktifitas Bursa Efek pada saat mata pelajaran ekonomi. Kami semua menggunakan bus sekolah dan langsung diturunkan di lobi gedung. Namun kali ini saya membawa mobil sendiri. Ternyata jika bukan pegawai tidak bisa parkir di basement BEI, tetapi harus di pakiran Pacific Place yang berada tepat di seberangnya untuk kemudian jalan kaki ke BEI melalui terowongan bawah tanah yang menghubungkannya. Karena saya tidak mengetahui hal ini, saya jadi salah memperkirakan waktu keberangkatan. Ditambah kebingungan memilih jalan masuk BEI yang terlihat lengang pada hari sabtu. Saya baru sampai di tempat pertemuan 9.20, atau telat 20 menit dari jam mulai. Tetapi ternyata mulainya pun lebih telat karena menunggu peserta lain. Beruntungnya saya, benar-benar saat saya sampai, presentasi langsung dimulai.
Acara dimuali dengan perkenalan singkat hadirin dan narasumber, suasana pun perlahan mencair dan tidak kaku. Dijelaskan pula kenapa wanita dalam posisinya di keluarga dibutuhkan untuk melek finansial. Kemudian diadakan poling singkat bersifat langsung mengenai keadaan finansial keluarga masing-masing dengan peserta poling ya peserta seminar itu saja. Pertanyaannya cukup sederhana meliputi berapa tabungan yang ada, apakah uang bulanan ada sisa, minggu ke berapa mulai stres tanggal tua, dan apa yang menyebabkan pengeluaran bisa bocor. Sesi ini cukup menyenangkan, kaget karena ternyata banyak yang senasib dengan saya dan menjadi sarana renungan diri akan apa yang telah kita perbuat terhadap keuangan keluarga kita sendiri. Kemudian dijelaskan secara simgkat mengenai piramida pengeluaran dan tips mengendalikan kebocoran keuangan. Kita juga diajari simulasi bikin portofolio keuangan sendiri, mengenai rincian seluruh aset dan investasi, serta perhitungan bagaimana bisa mendapatkan keuangan sehat.
Di akhir sesi, tiap peserta juga diberi formulir yang terdiri dari 3 lembar yang berisi kolom aset, hutang dan investasi kita. Kita diberi PR untuk mengisi dan berdiskusi dengan pasangan mengenai formulir itu dengan tenggat paling lama senin sudah dikirim balik via WhatsApp. Pihak Panin menawarkan untuk memberikan konsultasi finansial GRATIS. Sebenarnya i i kesempatan yang bagus banget karena harga perencana finansial di luaran sana mahal sekali. You can check :).
Hari itu membuat saya berpikir keras tentang kesia-siaan yang sudah saya lakukan selama 4 tahun belakang. Meski keuangan keluarga kami belum stabil karena keadaan suami yang masih sekolah, keadaan saya yang memiliki tabungan dengan jumlah yang lumayan serta akses bebas untuk mengaksesnyamembuat saya memiliki persepsi “ya, saya punya uang kok” untuk setiap nafsu membeli di tiap bulannya. Apalagi saya sempat bekerja dengan meski gaji tidak banyak. Saya dengan mudahnya termakan bisikan konsumtif apalagi tiap ada diskon di akhir bulan. “Ah ambil dulu dari tabungan, bulan depan diganti”. Terus saja seperti itu membentuk iterasi sampai tahu-tahu dalam 4 tahun saya sudah menghabiskan 40 juta hanyak untuk memfasilitasi tipuan “punya uang” ini. Bahkan, saya juga pernah terjebak pada fenomena FOMO, atau takut saya ketinggalan tren. Benar-benar titik terbodoh saya. Untung hanya memakan waktu 3-4 bulan meski ternyata sudah memakan banyak sekali tabungan saya.
Saya mulai sadar saat tabungan saya menipis. Disitu saya mulai berpikir, tidak bisa seperti ini terus. Tidak boleh meminjam semu uang tabungan terus tanpa ada fakta dikembalikan di bulan berikutnya. Nanti kalau saya butuh dana darurat bagaimana? Harus kemana saya dapatkan? Titik penyadaran berikutnya pada saat saya mulai merasa keberatan dalam membayar sisa pelunasan barang yang bersifat Preorder. Padahal saya belanja tidak banyak, hanya 2-3 barang mungkinf. Tetapi tetap saya merasa berat melunasinya meski saya tidak pernah mengutang dan mengundur-undur pelunasan.
Mungkin ini ya rasanya punya kartu kredit. Membeli terus tanpa tahu keadaan keuangan. Membeli terus tanpa tahu sudah berapa calon yang harus kita lunasi. Mulai detik itu saya sadar, jika saya melakukan preorder maka saat itu pula saya melunasinya. Saya tidak ingin kembali merasakan saat tanggal gajian, uang saya langsung berasa habis buat membayar semua tagihan dan pelunasan. Tidak, tidak akan lagi.
Ternyata selama 4 tahun ini saya melakukan gaya hidup diatas kemampuan saya.
Padahal, saya sudah merasa cukup hemat. Belanja barang pikir-pikir, tidak nongkrong-nongkrong di luar, kalau jalan berdua hanya bersama Hasan saya memutuskan makan siang di rumah demi penghematan, tidak dengan mudahnya jajan, dan tidak dengan mudahnya melakukan Go Food yang disinyalir banyak orang sebagai sumber latte factor.
Deal with it, your living standard supposed to be lower than that.
40 juta mungkin tidak akan kembali, ternyata pelajaran yang bisa saya petik sangat mahal harganya. Tidak mengapa, harta dunia itu hak preoregatif Allah, yang harus saya sesali mungkin jika dahulu jika minim bersedekah dan berinfaq. Saya pun sedang di jalan memperbaiki finansial keluarga baik dengan cara menabung dan berikhtiar mencari sumber pemasukan lain.
Mengenai mengap pada akhirnya saya tidak menggirim portofolio ke narasumbee, saya berpikir belum saatnya, karena keadaan sekarang masih ambigu karena finansial yang belum stabil itu. Yah, mungkin kalau ada acara semacam itu 2 tahun mendatang baru saya kirim portofolio keluarga ☺️.
Oh ya, satu lagi kenapa saya bersyukur mengikuti acara Financial Check up, akhirnya saya bisa kopi darat dengan beberapa anggota COYM yang wow, luar biasa ramahnya. Saya menjadi cukup bersyukur menjadi salah satu bagiannya. 😊
Saya mulai sadar saat tabungan saya menipis. Disitu saya mulai berpikir, tidak bisa seperti ini terus. Tidak boleh meminjam semu uang tabungan terus tanpa ada fakta dikembalikan di bulan berikutnya. Nanti kalau saya butuh dana darurat bagaimana? Harus kemana saya dapatkan? Titik penyadaran berikutnya pada saat saya mulai merasa keberatan dalam membayar sisa pelunasan barang yang bersifat Preorder. Padahal saya belanja tidak banyak, hanya 2-3 barang mungkinf. Tetapi tetap saya merasa berat melunasinya meski saya tidak pernah mengutang dan mengundur-undur pelunasan.
Mungkin ini ya rasanya punya kartu kredit. Membeli terus tanpa tahu keadaan keuangan. Membeli terus tanpa tahu sudah berapa calon yang harus kita lunasi. Mulai detik itu saya sadar, jika saya melakukan preorder maka saat itu pula saya melunasinya. Saya tidak ingin kembali merasakan saat tanggal gajian, uang saya langsung berasa habis buat membayar semua tagihan dan pelunasan. Tidak, tidak akan lagi.
Ternyata selama 4 tahun ini saya melakukan gaya hidup diatas kemampuan saya.
Padahal, saya sudah merasa cukup hemat. Belanja barang pikir-pikir, tidak nongkrong-nongkrong di luar, kalau jalan berdua hanya bersama Hasan saya memutuskan makan siang di rumah demi penghematan, tidak dengan mudahnya jajan, dan tidak dengan mudahnya melakukan Go Food yang disinyalir banyak orang sebagai sumber latte factor.
Deal with it, your living standard supposed to be lower than that.
40 juta mungkin tidak akan kembali, ternyata pelajaran yang bisa saya petik sangat mahal harganya. Tidak mengapa, harta dunia itu hak preoregatif Allah, yang harus saya sesali mungkin jika dahulu jika minim bersedekah dan berinfaq. Saya pun sedang di jalan memperbaiki finansial keluarga baik dengan cara menabung dan berikhtiar mencari sumber pemasukan lain.
Mengenai mengap pada akhirnya saya tidak menggirim portofolio ke narasumbee, saya berpikir belum saatnya, karena keadaan sekarang masih ambigu karena finansial yang belum stabil itu. Yah, mungkin kalau ada acara semacam itu 2 tahun mendatang baru saya kirim portofolio keluarga ☺️.
Oh ya, satu lagi kenapa saya bersyukur mengikuti acara Financial Check up, akhirnya saya bisa kopi darat dengan beberapa anggota COYM yang wow, luar biasa ramahnya. Saya menjadi cukup bersyukur menjadi salah satu bagiannya. 😊
Tidak ada komentar