"Aku mau beli Resistance Band!", ujar suami suatu hari. Suatu ujaran yang tidak pernah terbayangkan sama sekali oleh saya berasal dari suami sendiri.
Sebelum menikah, sebenarnya saya sempat agak rutin berolahraga. Saat saya berkuliah di Bandung, hampir tiap akhir pekan saya sepedaan sampai ke komplek tetangga. Yang seperti kita tahu, Kota Bandung bagian pinggiran atas memiliki kontur naik turun ala perbukitan. Bersepeda menempuh jalur komplek saja cukup menguras keringat sekaligus kardio yang efektif. Setelah pindah ke Jakarta, frekuensi olahraga saya lebih sering. 3 hari di hari kerja saya lari pagi di komplek sebelum berangkat kerja. Saat hari Senin dan Kamis saya mencuci mobil karena saya puasa saat itu. Akhir pekan jalan pagi acak tergantung suasana hati.
Setelah Saya menikah, saya rutin berenang 3-5 kali dalam seminggu. Kebetulan kami tinggal di rumah yang ada kolam renang di 1,5 tahun pertama pernikahan kami. Saat anak pertama kami berusia sebulan, kami pindah ke apartemen yang ada fasilitas kolam renangnya. Alhasil akses untuk berenang mudah sekali. Meski keadaan hamil dan punya anak, saya selalu menyempatkan diri untuk renang. Kebetulan kami memiliki asisten rumah tangga sehingga saya bisa menitipkan Hasan yang tidur siang selagi saya pergi berenang ke bawah.
Hamil trimester pertama, punya bayi baru lahir, hamil lagi, tidak ada ART. Ulang lagi. Bahkan sekarang ditambah pandemi yang menyebabkan kolam renang tutup. Berkali-kali saya harus berhenti olahraga karena keadaan, alhamdulillah berkali-kali pula saya bisa kembali rutin berolahraga. Bagaimana tips dan triknya?
4 Tips Rutin Berolahraga
1. Komitmen = Pemaksaan Diri
2. Cari Motivasi yang Paling Krusial
Apa motivasi kamu untuk bisa rutin berolahraga? Ingin sehat? Ingin kurus? Ingin memiliki body goal?Apapun motivasi yang melatar belakanginya, sebaiknya merupakan motivasi dasar yang cukup kuat, bukan impulsif. Ingin sehat karena barusan melihat hasil medical check up yang amburadul. Ingin kurus karena barusan dikomentari oleh lingkungan. Ingin punya body goal karena barusan melihat Instagram selebmom. Hampir bisa dipastikan bahwa motivasi yang berbau impulsif tidak akan cukup kuat dan akan memudar seiring dengan jalannya waktu. Carilah motivasi jangka panjang. Misalkan jika ingin sehat, kita membayangkan masa tua yang masih bugar dan bisa main dengan cucu. Jika ingin kurus kita membayangkan betapa dengan berat badan lebih ideal membuat kita lebih mudah menjalani kehidupan sehari-hari. Jika ingin memiliki body goal, kita bisa membayangkan betapa menyenangkan menjadi lebih cantik untuk diri sendiri dan pasangan.
Motivasi saya untuk rutin berolahraga sedikit berubah sejak saya membaca buku Strong Curves: A Woman's Guide to Building a Better Butt and Body oleh Brett Contreras. Brett menjelaskan soal postur tubuh. Bagaimana otot dorman yang kurang aktif membuat otot bagian tubuh lain kerja ekstra melebihi kapasitasnya. Ini akan menyebabkan keluhan-keluhan klasik semacam sakit pinggang. Brett juga memberi gambaran, betapa bermanfaat untuk kehidupan kita sehari-hari apabila rutin berolahraga. Misalnya lebih kuat mengangkat belanjaan, berlari-lari mengajak anak main, bahkan sampai semakin meningkatkan kehidupan intim bersama pasangan.
Memiliki postur yang baik dan memudahkan kehidupan sehari-hari. 2 alasan tersebut adalah pondasi motivasi terbesar saya untuk rutin berolahraga. Disaat saya dihadapkan pada keadaan harus berhenti olahraga dahulu seperti memasuki hamil trimester pertama, 2 motivasi itu yang akan kembali membawa saya untuk kembali berolahraga di saat sudah bugar saat memasuki trimester kedua. Motivasi dasar itu pada saat hamil akan berkembang menjadi memiliki postur baik sehingga minimalisir keluhan-keluhan fisik saat hamil besar dan membantu serta memudahkan persalinan karena terbiasa memiliki stamina lebih baik.
3. Ajak Anggota Keluarga
Ketimbang sendiri, mungkin kita akan lebih bersemangat jika di sekeliling kita ada yang ikut memiliki komitmen yang sama. Namanya juga manusia, iman saja ada naik turun, apalagi motivasi. Ini sangat membantu saat mulai banyak godaan menerpa seperti malas.
Saya memiliki suami yang beratnya memasuki 1 kuintal saat kami menikah. Sekarang beratnya sudah turun hampir 30kg dan cenderung stabil sampai saat ini. Anehnya, kondisi badan yang lebih baik membuat suami jauh bersemangat untuk urusan olahraga. Dahulu, disuruh untuk bersepeda ke kantor mengingat jarak kantor yang dekat saja ia ogah. Dahulu, disuruh renang ke bawah saja susahnya bukan main. Sekarang rutin sepedaan ke kantor. Terkadang meski lebih ideal naik mobil, malah dibela-belain bersepeda. Sekarang, sebelum pergi atau setelah pulang kerja malah rutin olahraga yang bersifat calisthenic. Sekarang, malah dia yang beli Resistance Band.
Suami yang di depan mata saya berulang kali berolahraga itu benar-benar membuat saya iri dan ingin bela-belain untuk latihan. Berasa tidak adil saja, suami semakin sehat, bugar, dan fit, masa saya loyo dan tidak bugar begini. Suami saya benar-benar seperti layaknya kapal terakhir yang akan ikut membawa saya dikala motivasi untuk berolahraga sedang turun.
Hahhahaa mantapp... Tulisan terpaksa gw juga bahas ini, tp masih di draft. Ga tau deh submit apa ngga wkwkkwk
BalasHapusnah itu,, gw juga sebenarnya impulsif haha
HapusThanks tipsnya, saya perlu banget ini, secara saya manusia yang menganggap olga adalah pekerjaan paling sulit di dunia ini heheheh
BalasHapusSama-sama moms! Moga bermanfaat ya!
Hapus