Jujur saja, siapa pembaca disini yang pernah menjadi pengguna Multiply?
Multiply merupakan platform media sosial yang sempat beken di jaman saya kuliah, yakni sekitar tahun 2007 hingga 2010. Setelah muncul Facebook dan Instagram, Multiply perlahan ditinggalkan oleh penggunanya. Padahal, Multiply cukup keren karena menggabungkan sosial media dan penyimpanan. Tidak hanya dapat mengepos status, kita juga bisa berbagi file foto, audio, dan video! Bukan berarti file ini bisa diunduh ya, meski pada akhirnya bisa karena netizen memang sudah canggih-canggih sejak jaman dulu.
Multiply yang perlahan meredup sempat memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta setelah sebelumnya berada di Boca Raton, California karena sempat pindah haluan ke e-commerce. Namun sayang, langkah yang ditempuh ini tetap tidak dapat menyelamatkan Multiply. Multiply resmi tutup pada bulan Mei 2013.
Transisi dari Multiply ke Blogspot
Sebelum tutup, Multiply sempat berkali-kali memberikan notifikasi kepada penggunanya apakah ingin menyelamatkan arsip postingannya. Karena saya sangat menghargai segala rekam jejak daring yang pernah saya buat, maka tanpa pikir panjang saya langsung menuju situs Multiply dan mengunduh file arsip saya sebagai bentuk perpisahan resmi dengan Multiply. Tercatat saya mengimpor data Multiply pada tanggal 30 November 2012. File arsip tersebut berbentuk data mentah dengan format yang bisa diimpor ke beberapa situs, salah satunya Blogspot.
Setelah mengikuti secara seksama tutorial untuk mengimpor ke Blogspot, akhirnya jerih payah saya terbayar! Rekam jejak saya terbaca kembali. Namun tentu tidak 100% penuh postingan Multiply terpindahkan. Sebagai contoh, foto-foto yang saya bagikan ke Multiply tidak ikut terpindahkan ke blogspot. Begitu pula untuk file audio dan video. Yang terbaca hanya tulisan deskripsinya saja. Tapi yah mau bagaimana lagi, postingan saya di Multiply terlampau banyak. Terlalu melelahkan untuk backup secara manual. Segini saja sudah cukup memudahkan saya melihat catatan harian jaman saya dahulu.
Mulai menulis lagi
Semenjak saya bermain Facebook, saya sudah melupakan Multiply. Praktis saya berhenti menulis "blog". Ini berlangsung cukup lama. Postingan terakhir saya di Multiply ada di tahun 2010 dan postingan pertama saya paska migrasi ada di tahun 2013. Begitu banyak tahun berselang. Tanpa saya sadari, ini hampir total mengubah gaya menulis saya. Emosi dan jiwa anak tanggung di tahun perkuliahan bertransformasi ke tulisan dengan emosi yang lebih matang dan stabil di tahun 2013.
Maka disini lah titik pergantian haluan cara menulis saya. Jika dahulu penuh dengan tulisan pendek acak curhat sesuai dengan suasana hati saya, maka perlahan saya mulai menulis tulisan berkualitas dengan menggunakan beragam referensi. Tanpa saya sadari, tulisan saya berubah seiring waktu. Mungkin kalau dibaca tiap pos tidak begitu berubah. Namun jika di saat saya menulis tulisan ini dan melihat kembali postingan saya saat masih di Multiply, rasanya ingin menertawakan diri sendiri. Entah apa yang saya tulis, bahkan saya tidak ingat yang sedang saya bicarakan apa dan siapa, hehe.
Saya sesekali menulis lagi saat menempuh tahun akhir studi master saya. Namun, titik terbesar saya mulai menulis lagi baik dari meningkatkan kualitas dan kuantitas adalah saat mengikuti tantangan One Day One Post (ODOP) yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan pada awal tahun 2016.
Disaat itu, saya sudah tidak bekerja di luar rumah lagi sejak hamil Hasan pada tahun 2015. Berbekal kerusuhan yang ada di kepala, akhirnya saya memutuskan untuk mulai menulis lagi dan saya memilih tantangan ODOP sebagai bahan bakar melatih otot menulis.
Tantangan ODOP sukses saya tempuh meski jujur sempat keteteran juga. ODOP membuat saya harus mengetik juga di akhir pekan. Tak jarang, demi mengurangi keteteran, saya kerap menulis draft untuk postingan di hari-hari berikutnya.
Bagaimana setelah tantangan ODOP berakhir? Tentu saja tempo menulis saya jauh melambat dari ODOP, namun saya bisa merasakan keurgensian yang muncul di benak saya untuk mengepos tulisan minimal 2 minggu sekali. Saya tidak terlalu menikmati ODOP karena saya penyuka tulisan dengan banyak riset dahulu. ODOP membuat saya menulis tulisan "dangkal". Tapi harus saya akui, ODOP memang sukses memperlancar otot menulis kita.
Good job. Lanjutkan
BalasHapusmakasihh :)
Hapus