Terlambatnya penanganan akibat minimnya pengetahuan masyarakat perihal gejala kusta menyebabkan kusta yang tidak terobati dan menyebabkan disabilitas. Apabila pasien datang dalam kondisi seperti ini, bisa dikatakan sudah telat. Tindakan yang bisa dilakukan berikutnya adalah agar kusta ini tidak mengakibatkan disabilitas yang lebih parah.
Mengenal Kusta
Kusta adalah penyakit tropis terabaikan karena sudah ada sejak tahun 1400 SM dan masih belum terberantas hingga saat ini. Kasus kusta di Indonesia stagnan pada 10 tahun terakhir. Bahkan, Indonesia menempati urutan ketiga total kasus kusta di dunia. Kusta dapat menular melalui pernafasan karena paling banyak terdapat di mukosa hidung. Meski begitu, penularannya tidak mudah. Yang tertular biasanya yang memiliki kontak erat dan terpapar dalam waktu lama seperti keluarga serumah.
Kemenkes menargetkan untuk mengeliminasi kusta pada 2020. pada kenyataanya, pada tahun 2021 tercatat 17.000 kasus kusta baru di Indonesia dengan besar 9,14% pada anak. Ada 7 provinsi yang belum bebas dari kusta, yaitu: Papua barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. Nilai prevalensinya ada di atas 1, dibutuhkan nilai prevalensi dibawah 1 untuk bisa dikatakan sudah eliminasi. Prevalensi adalah jumlah kasus di akhir tahun dibagi dengan jumlah penduduk per 10 ribu. Jumlah absolut kasus kusta paling tinggi ada di pulau Jawa, namun karena jumlah penduduk tinggi mengakibatkan nilai prevalensinya rendah dan sudah tergolong eliminasi.
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang di kulit dan syaraf. Gejala awal kusta berupa bercak kulit yang mati rasa. Bercak bisa berwarna keputihan seperti panu atau kemerahan. Gejala lainnya adalah adanya penebalan saraf tepi dan gangguan fungsi saraf. Fungsi saraf yang terganggu meliputi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Selain gejala di atas, penyakit kusta bisa dikonfirmasi melalui ditemukannya bakteri pada hasil lab. Namun, terkadang bakteri yang ditemukan negatif pada tipe kusta tertentu.
Ada 2 jenis penyakit kusta:
- Kusta kering atau dikenal dengan PB (Pausi Basiler)
- Kusta basah atau dikenal dengan MB (Multi Basiler)
Proses penularan kusta
Pengobatan Kusta
Keberhasilan pengobatan kusta tergantung kepada penemuan dan pengobatan secara dini, kepatuhan penderita untuk berobat teratur, dukungan keluarga dan masyarakat, serta ketrampilan petugas dalam upaya pencegahan kecacatan. Penderita kusta yang telah sembuh memiliki kemungkinan tertular kembali meski sangat kecil.
Kusta dan Diskriminasi
Kesadaran akan Kusta
UT berkomitmen untuk menjadi perusaan inklusi yang tetap mempegawaikan disabilitas. Mulai dari advokasi internal, melakukan adaptasi lingkungan kerja inklusi, perekrutan khusus inklusi, uji coba magang, hingga pengangkatan pegawai tetap. Untuk menghilangkan stigma, 3 tahun terakhir UT meyakinkan karyawan bahwa disabilitas dapat memiliki performa kerja yang baik CSR UT juga melakukan pelatihan peningkatan skill kepada teman-teman disabilitas.Pemerintah mengeluarkan UU no. 8/2018 yang menganjurkan perusahaan swasta menerima pegawai disabilitas sebesar 1%.
Monica memberikan beberapa tips bagi disabilitas untuk dapat bersaing di dunia kerja:
1. Meningkatkan kompetensi dan mengetahui core competency
2. Mempersiapkan soft skill, memiliki attitude dan behaviour yang bagus
Penyandang disabilitas termasuk disabilitas akibat kusta tidak perlu berkecil hati karena sama-sama memimliki kesempatan yang sama untuk dapat berkarir seluas-luasnya.
Bagaimanakah kusta di pikiranmu setelah membaca ini? Mari sebarkan seluas-luasnya betapa tidak latennya penyakit kusta dan betapa besar kemungkinan dapat disembuhkan. Jangan biarkan stigma sosial diskriminatif terhadap kusta menggerogoti masyarakat
Ya Allah serem juga nih penyakit kusta. Semoga Indonesia yang masih memiliki kusta di beberapa daerah segera hilang penyakitnya dan tidak menular lagi.
BalasHapusNah, kita mesti banyak membaca literatur yg valid seputar kusta ya mba
BalasHapussupaya engga misleading dan salah paham, ceunah.
makasi sharing-nya mba
Nah, penanganan yang cepat seharusnya menjadi prioritas para penderita kusta dan pihak yang berwenang ya agar kusta tetap bisa sembuh. Paradigma yg buruk di masyarakat akan membuat para penderita kesulitan menjalani hidup layaknya orang normal.
BalasHapusPenyakit kusta ternyata masih ada ya hari gini padahal kunci untuk terindar dari penyakit kusta hanya perlu sanitasi bersih, gaya hidup bersih dan daya tahan tubuh yang tinggi ya mbak
BalasHapusAku baru tahu lo kalau kusta itu ternyata masih ada di Indonesia. Sebelum nonton acara KBR beberapa waktu lalu, kupikir kusta itu udah jadi penyakit yang hilang. Ternyata... malah banyak yang kena diskriminasi. Tugas kita sebagai blogger kudu sharing seluas2nya info ini ya mbak, biar makin banyak yang aware.
BalasHapusTetapi sependek pengetahuan saya, kusta ini sejenis penyakin menahun. Balum pernah saya temui penderitanya sembuh total. Bahkan cendrung penyakitnya nempel seumur hidup. Mudah-mudahan,dengan adanya pengetahuan tentang kusta semakin sedikit jumlah penderitanya,
BalasHapusNgomong2 ttg kusta, teman saya cerita tetangganya di Purworejo masih ada yg kena kusta. Tapi di puskesmasnya sendiri nggak ada loh obat kusta. Padahal kata'y gratis kan dari puskesmas, teman saya yg kerja di puskesmas aja nggak tau kalau ada obat kusta 😅
BalasHapusCukup sulit mengubah stigma masyarakat, tapi kalau informasi semacam ini disebarluaskan, lambat laun akan mengubah sudut pandang masyarakat terhadap kusta, terutama terhadap para pengidapnya. Semoga masyarakat semakin melek informasi
BalasHapusTampaknya musti digalakkan lagi gerakan mengedukasi masyarakat mengenai penyakit ini ya. Sedih 'kan kalo terabaikan padahal sebenarnya masih banyak yang menderita penyakit ini.
BalasHapusPernah lihat orang mengalami kusta waktu di kendaraan umum. Bagian tangannya sudah enggak utuh akibat kusta. Innalillah... kasihan banget :( memang harus ditangani cepat ya... supaya enggak berakibat permanen.
BalasHapusKusta ini memang penyakit sejak dulu kala ya mbak, masih belum teratasi karena masih tebatasnya informasi seputar kusta di kalangan masyaarakat
BalasHapusartikel seperti ini bisa menjadi sarana edukasi tentang kusta
Ternyata masih ada penyebaran kusta ya di Indonesia, ditemukan juga di kota besar. Harus mengenali gejalanay supaya cepat bisa ditangani & bisa sembuh ya
BalasHapusTerima kasih artikelnya informatif mam. Semoga masyrakat bisa semakin teredukasi dn Indonesia bisa bebas kusta.
BalasHapusTerima ksih, MMbak. Informasinya sangat lengkap. Semoga kita srnua selalu sehat. Aamiin
BalasHapusKusta ini masih ada ya sampai kini, aku termasuk jarang banget dan hampir gak pernah ketemu sama penderita. Tak ada orang yang ingin mengidap suatu penyakit tapi mengucilkannya bukanlah solusi.
BalasHapusKalau orang gak tau kusta, gejalanya saja dianggap remeh. Jika sudah semakin parah, semua orang menjauhi. HUhuu...sedih banget.
BalasHapusSemoga kita bisa saling memanusiakan manusia dan saling bantu.
Edukasi seperti ini nih yang sebaiknya kita ketahui bersama perihal penyakit kusta. Yaa biar gak salah kaprah aja, dan lebih aware sama penyakit kusta.
BalasHapusAku merinding setiap membaca tentang kusta. Etapi sepertinya tidak semenyeramkan itu, ya. Ternyata bisa disembuhkan juga asal dideteksi lebih awal 😊
BalasHapus