Awal Januari kemarin kami berkesempatan berpelesir 2 hari 1 malam di Palembang. Dalam waktu sesingkat itu, Wisata kuliner dan kota apa saja yang bisa dilakukan?
Berhubung suami mendapat panggilan operasi dan saya belum pernah ke Palembang dengan sengaja, saya pun minta ikut mengintili. Saya pun mencoba melempar pertanyaan ke lapak WAG soal apa saja yang bisa dilakukan di Palembang.
“Ah, Palembang tidak seru mom”, ujar seorang anggota grup WA.
Berhubung menjelajahi kota adalah spesialisasi travelling saya, maka saya pun terpacu mengorek tempat wisata di Palembang melalui Google Maps serta menghubungi beberapa teman (yang pernah) tinggal di Palembang untuk “mencari ilmu” soal wisata kuliner Palembang.
Jadi, dapat apa saja 2 hari 1 malam di Palembang? Bisa dapat banyak banget, mulai dari wisata kuliner, sejarah, dan kota.
Pencarian tempat Menginap
Meski berangkat cuma berdua, kami tidak ingin menghabiskan uang terlalu banyak untuk “liburan” kali ini karena di tengah tahun kami ada rencana liburan yang agak besar. Oleh karena itu, saya menetapkan agar biaya menginap semalam tidak lebih dari 700 ribu rupiah.
Rencananya saya akan berkeliling Kota Palembang sendirian di hari Sabtu sembari menunggu suami operasi sehingga ditetapkan agar lokasi menginap berada di pusat kota dengan akses jalan kaki dekat ke stasiun LRT.
Pilihan jatuh ke hotel Batiqa. Harganya terjangkau, lokasi di dekat Palembang Icon Mall, kamarnya (berdasarkan foto) cukup oke dan reviewnya juga bagus. Sayangnya, hotel ini malah tidak dekat-dekat amat ke stasiun LRT terdekat, yakni sekitar 1 km.
Namun, ternyata jarak “lumayan” ke stasiun LRT ini tidak masalah karena…
Wisata Budaya dan Sejarah 2 Hari 1 Malam di Palembang
Saya mendapat kabar bahwa saya ditawari untuk ditemani oleh istri dokter yang mengundang suami operasi untuk berjalan-jalan. Tentunya pakai mobil dan ada supir. Ada rasa campur aduk di hati saya. Dalam hati saya sudah menyiapkan mental untuk bersoliter, eh harus nambah manifestasi berkomunikasi dengan orang baru dimana ini sedikit momok bagi orang introvert macam saya.
“Kamu jadi mau ditemani atau ga? Kalau gamau juga gapapa, nanti aku bilangin kalau kamu pengen sendiri.” Tanya suami meyakinkan saya.
Berhubung profesi suami ini mementingkan relasi, saya memutuskan untuk menyanggupinya. Lagian, apa salahnya memiliki kenalan baru. Ternyata itu adalah keputusan yang sangat jitu. Salah satunya adalah saya jadi bisa mengunjungi banyak tempat-tempat menarik 2 hari 1 malam di Palembang sembari mendengar cerita dan pendapat orang lokal yang menunjang khazanah wisata budaya dan sejarah di Palembang
Sisi yang tidak akan saya dengar jika hanya sendirian berkeliling kota Palembang sendiri.
Kemana saja kami selama 2 hari 1 malam di Palembang?
1. Museum Balaputradewa
Museum Balaputradewa adalah museum di Kota Palembang yang menyimpan benda sejak zaman prasejarah hingga zaman kolonial Belanda. Malah, banyak benda asli (bukan replika) disana termasuk beberapa prasasti dan patung Budha. Museum Balaputradewa banyak menyimpan cerita masa kedigdayaan Kerajaan Sriwijaya.
“Arkeolog masih banyak PR-nya di Sumatera Selatan ini. Masih banyak cerita tentang Kerajaan Sriwijaya yang belum terungkap.” ujar supir yang menemani kami keliling museum.
Beberapa barang asli Museum Balaputradewa sering kali dipinjam oleh Museum Nasional Jakarta untuk dipamerkan. Bahkan, Museum Balaputradewa juga merupakan sister museum dengan sebuah museum di Melaka Malaysia.
“Kerajaan Sriwijaya itu induknya sama dengan Kerajaan Melayu yang ada di Malaysia.” Ujar sang supir kembali.
Di dalam Komplek Balaputradewa juga terdapat Rumah Limas ASLI yang sudah beberapa kali dipindahkan melalui sistem "knocked down"-nya. Rumah Limas ini rumah tradisional khas masyarakat Palembang yang pernah diabadikan di uang Rp 10.000 lama. Rumah Limas dibikin berundak, menandakan struktur keluarga dan tamu undangan. Misal diadakan acara hajat di rumah limas. Maka tamu umum berada di undakan paling bawah, keluarga ada di undakan atasnya, dan kepala keluarga ada di undakan paling atas.
Wow feodal sekali yaa *eh*
Rumah Limas juga identik dengan rumah pinggitan karena memiliki jendela yang berbentuk jeruji dimana orang dari dalam bisa melihat ke luar tapi orang dari luar tidak bisa melihat ke dalam.
2. Bayt Al Quran
Kami menyusuri pinggir Sungai Musi ke arah barat saat hendak menuju Bayt Al-Quran.
“Daerah sini kalau bukan orang lokal jangan berani-berani lewat deh!”, celetuk sang supir
Bayt Al Quran terkenal dengan (katanya) seluruh halaman Al Quran yang dicetak di lempengan logam besar dan dipajang di seluruh dinding ruangan. Bangunannya berupa komplek pesantren dimana sebelum pintu masuk banyak terdapat warung jual makanan ataupun oleh-oleh.
Sayangnya, banyak lantai yang becek dan area yang lembab. Bagi kamu warga kota besar dan tidak ada mobil yang mengantarkan selama di Palembang, tidak saya anjurkan untuk datang kesini karena,,,
Karena takutnya kecewa.
“Awalnya Bayt Al Quran cuma koleksi pribadi saja. Terus kok orang banyak yang tertarik dan datang, makanya dibuka untuk umum. Gedungnya sendiri pun dibandung bertahap kalau pas ada uang lebih aja.” Jelas sang supir.
3. Masjid Cheng Ho
Awalnya saya merasa Masjid Cheng Ho hanya gimmick semata. Maksudnya masjid biasa yang dibangun oleh komunitas biasa dan sengaja dirancang berbentuk oriental agar menarik wisatawan.
Ternyata tidak.
Masjid Cheng Ho adalah masjid yang dibangun oleh komunitas Muslim Tionghoa di Palembang. Sebagai keturunan Tionghoa Muslim, mereka percaya Laksamana Cheng Ho yang merupakan Laksamana Muslim berpengaruh di dunia pernah singgah dan ikut menyebarkan Islam di Palembang.
Masjid Cheng Ho didominasi warna merah dengan bentuk arsitektur mesjid dan gapura khas Tiongkok. Lokasinya sendiri berada dalam komplek perumahan sehingga kamu butuh menggunakan mobil jika ingin kesini karena jarak stasiun LRT terdekat tergolong masih cukup jauh.
4. Jakabaring Sport Center
Siapa yang tidak kenal dengan Jakabaring Sport Center yang dibangun untuk menyambut event internasional Asian Games 2018?
Meski lokasinya bukan di pusat kota, sayang jika kamu melewatkan kunjungan ke Jakabaring Sport Center yang luasnya jauh lebih besar dibanding Gelora Bung Karno (GBK). Di dalam komplek terdapat danau buatan, tempat diadakannya lomba rowing dan kapal naga saat perhelatan internasional kemarin.
Sayang, Jakabaring Sport Center yang masif ini kini terlantar. Tanpa sokongan dana dari pemerintah pusat, rasanya sulit untuk mengelola tempat ini menjadi tetap rapi dan terawat. Saat kami kesana, saya melihat genangan air di mana-mana. Belum termasuk rumput liar tumbuh di berbagai sudut. Di pinggir danau tampak muda-mudi dan keluarga dengan anak duduk menikmati pemandangan danau (buatan) yang sudah penuh gulma itu.
Saya pun bertanya-tanya apa fasilitas olahraga di Jakabaring Sport Center ini masih digunakan.
“Masih kok, masih suka latihan rutin beberapa cabor disini. Sayang, Sriwijaya FC sekarang sudah degradasi ke kelas 2. Mubazir banget stadion sebesar ini.” Nyinyir sang supir.
5. Kampung Arab Al Munawar
Ada dua pemukiman terkenal di pinggiran badan Sungai Musi yang sering menjadi tempat wisata: Kampung Arab dan Kampung Cina. Kebetulan kami hanya mengunjungi Kampung Arab saja.
Di Kampung Arab berjejer rumah dengan desain jaman kolonial dengan perpaduan warna menarik dan tulisan arab bertengger di sana-sini. Di jalanan kecil berbatu, sering terlihat anak laki-laki mengenakan gamis. Beberapa rumah sudah terbengkalai dan beberapa masih ditinggali. Rata-rata penghuni asli Kampung Arab ini sudah merantau ke Pulau Jawa. Yang masih bisa berbahasa Arab juga hanya penduduk yang sudah berusia lanjut.
Karena di pinggir sungai, sering sekali air pasang dan masuk ke rumah-rumah. Kampung Arab rutin direstorasi oleh pemerintah pusat meski kerap ada pertentangan.
"Tiap tahun ada kerjasama dengan pabrik cat untuk restorasi rumah-rumah di Kampung Arab. Namun lama-lama terjadi penolakan. Jadilah sekarang kurang terurus." Terang sang supir
6. Jembatan Ampera dan sekitarnya
Jembatan Ampera adalah Jembatan ikonik Kota Palembang sepanjang 1,1 km yang berdiri di atas Sungai Musi dan menghubungkan Ulu dan Ilir. Sungai Musi besarnya sangat masif, bahkan kapal perdagangan PT Pusri (Pupuk Sriwijaya) sering hilir mudik. Sungai musi juga digunakan sebagai jalur persebaran agama Budha serta jalur perkembangan kerajaan Sriwijaya. Di masa penjajahan, sungai Musi digunakan sebagai jalur perdagangan, terlihat dari banyak gudang-gudang yang berada di pinggir sungai Musi.
Sayang, kini Jembatan Musi sudah tidak bisa dinaikkan dan diturunkan lagi. Selain karena Jembatan Ampera merupakan jembatan utama penghubung Ulu dan Ilir sehingga akan ada kemacetan hebat jika jembatan dinaik-turunkan, kabarnya banyak spare part Jembatan Ampera yang “dicuri” sehingga tidak memungkinkan lagi untuk beroperasi naik-turun.
Disekitar Sungai Musi terdapat jalan lebar dimana wisatawan bisa berjalan-jalan santai menikmati Sungai Musi. Ada patung ikan Belida yang sekarang statusnya dilindungi dan tidak boleh dijadikan bahan baku pempek lagi. Banyak terdapat warung apung juga di daerah pasar. Cocok bagi yang ingin menikmati sensasi makan warung sembari merasakan goyangan ombak akibat ada kapal lain hilir mudik melintas.
7. Museum Mahmud Badaruddin II
Di dekat Patung Belida, terdapat Benteng Kuto Besak yang sekarang menjadi markas Kodam Sriwijaya. Persis disampingnya, terdapat Museum Mahmud Badaruddin II yang dibangun pada tahun 1823 - 1825. Awalnya merupakan rumah dinas Residen Belanda di Palembang.
Mahmud Badaruddin I adalah Sultan kerajaan Palembang Darussalam yang asalnya dari Kerajaan Majapahit Palembang yang kemudian masuk Islam dan melarikan diri ke Sumatera. Penerusnya Sultan Mahmud Badaruddin II berjasa bagi Palembang Darussalam dan sempat ditangkap Belanda untuk setelahnya diasingkan ke Batavia dan Ambon.
Museum Mahmud Badaruddin II menyimpan barang-barang pribadi kesultanan Palembang Darussalam dan penjelasan persebaran Islam di area Sumatera Selatan.
8. Naik LRT
Dibangun dalam rangka menyambut perhelatan internasional Asian Games 2018, LRT Kota Palembang terdiri dari 13 stasiun, membentang dari Bandara hingga stasiun Opi. Sebagai penggemar transportasi publik, sayang rasanya melewatkan salah satu dari dua LRT yang ada di Indonesia selain di Jakarta.
“Wah, sepi bu LRT sini.”, ujar sang supir.
Wajar saja, LRT Kota Palembang dibangun dalam rangka mempermudah pergerakan turis dalam cakupan bandara, hotel, dan Jakabaring Sport Center. Setelah perhelatan Asian Games usai, warga Palembang dan sekitar belum melihat urgensi mengapa harus lebih memilih menggunakan LRT sebagai pilihan transportasi sehari-hari. LRT pun berakhir sepi dan hanya digunakan turis lokal untuk sekadar “merasakan” dan melihat-lihat saja, bukan untuk kehidupan commuting sehari-hari.
Namun, saat saya naik LRT di hari minggu pagi, LRT cukup penuh. Memang betul, sebagian besar terdiri dari warga Palembang dan sekitar yang memang memiliki niat untuk khusus berwisata melihat LRT. Pun, bisa saja dengan adanya mikro moda seperti angkot yang menghubungkan area urban pemukiman ke stasiun LRT meningkatkan geliat penggunaan LRT.
Stasiun LRT Palembang secara garis besar tidak jauh berbeda dengan stasiun LRT Jakarta. Apalagi penggunanya masih sedikit sehingga masih rapi dan terawat.
Wisata Kuliner 2 Hari 1 Malam di Palembang
Ke Palembang rasanya tidak lengkap jika tidak wisata kuliner. Meski saya orang Sumatera, lahir dan tumbuh cukup lama di Aceh, saya merasa rona wisata kuliner Palembang cukup berbeda dibandingkan bagian Sumatera yang lain. Apa saja wisata kuliner 2 hari 1 malam di Palembang?
1. Mie Celor
Mendarat pagi di Bumi Sriwijaya, kami langsung sarapan Mie Celor 26 yang melegenda itu. Dari sekian banyak cabang, kami dibawa ke cabang pertama Mie Celor 26 yang berada di tengah pasar Radial.
"Awalnya ini cuma warung mie celor biasa di tengah pasar, karena dari mulut ke mulut terkenal enak, akhirnya makin banyak buka cabang. Oh ya bu, dijaga ya tasnya supaya taruh di depan badan."
Pasar Radial di pagi hari ramai sekali. Saya tidak begitu kaget dengan kalimat terakhir sang supir. Pasalnya, seminggu sebelum saya ke Palembang, beberapa kali saya mendengar dari warga lokal Palembang kalau Palembang hmmm,, rasa "memilikinya" besar. Faham kan maksud saya? Haha.
Mie celor sendiri adalah mie kuah seafood yang kental dengan badan mie yang tebal dan kenyal. Sedap sekali menyantap mie celor hangat di pagi hari. Rasa kaldunya meresap dan gurih di ujung lidah. Oh ya disajikan juga bersama dengan telur.
2. RM Pondok Kelapa
Pindang Patin pertama kami selama 2 hari 1 malam di Palembang adalah makan siang di RM Pondok Kelapa. Rumah Makan ini bernuansa kayu dan bambu yang cocok untuk makan bersama keluarga. Selain Pindang patin, saya juga mencoba brengkes tempoyak untuk pertama kali seumur hidup.
Tempoyak sendiri adalah durian yang di fermentasi. Berhubung saya pecinta durian, tentu saya tidak akan melewatkan menu ini. Ternyata patin tempoyak yang dibungkus dengan daun pisang itu benar gurih dan enak!
Ikan Patin Sungai Musi tergolong memiliki tubuh cukup besar sehingga cukup kenyanglah disantap oleh satu orang bersama dengan nasi dan lauk lainnya. Harga 1 potong (badan atau kepala) ikan patin seharga Rp 40.000.
3. RM Musi Rawas
Pindang patin kedua kami selama 2 hari 1 malam di Palembang adalah di RM Musi Rawas. Musi Rawas ini sendiri sebenarnya nama daerah di Sumatera Selatan. Gaya pindangnya juga sedikit berbeda dari pindang pegagan dan meranjat.
Selain pindang patinnya, kamu harus mencoba ikan seluak dan udang sambal petenya, juara! Dari bentuknya saja sudah terlihat bahwa udang sambal petenya menggiurkan. Ternyata benar, udang yang juicy dibalut dengan rasa pedas (sedikit) manis serta disempurnakan dengan sensasi pete.
Dibandingkan Pindang patin sebelumnya, saya dan suami lebih cocok pindang patin di RM Musi Rawas ini. Untuk Harga seporsi pindang patin sama-sama dibanderol Rp 40.000.
4. Martabak Har
Martabak Har sendiri adalah martabak dengan gaya martabak Mesir. Pengunjung bisa memilih apakah menggunakan telur ayam atau telur bebek. Penyajiannya juga sangat cepat, tidak sampai 5 menit menunggu!
Martabak Mesir ini kemudian disiram kuah kari di atasnya. Gurih dan hangat. Dagingnya tebal namun tampaknya kurang cocok untuk saya dan suami karena saya tidak merasakan antara rasa daging martabak dan kuah kari membentuk satu kesatuan.
Jenis pempek yang menjadi buah bibir di pempek Vico adalah pempek kulit. Setelah mencoba berbagai macam pempek di Palembang, pempek kulit Vico adalah pemenang mutlak terenak sejagad pempek. Kulitnya sangat terasa lemak, garing, dan tidak amis. Beberapa pempek kulit lain yang saya rasakan entah lebih lembek, kurang garing, atau malah agak amis.
Pempek beringin adalah menu camilan kami di hari kedua berada di Kota Palembang. Pempek Beringin merupakan salah satu jajaran pempek terkenal di Kota Palembang dengan tekstur rasa tenggiri yang lebih ringan dibandingkan Vico. Menariknya, Pempek Beringin menyediakan pempek frozen yang sudah dibungkus. Cocok untuk menjadi pilihan oleh-oleh. Pengunjung tinggal mengambil di freezer dan langsung membayarnya di kasir tanpa harus menunggu pempek untuk disiapkan dibawa pulang.
5. Pempek Vico
Setelah puas berkeliling Museum Balaputradewa di hari pertama di Palembang, saya diajak istri dokter yang mengundang suami saya operasi untuk ngemil di Pempek Vico cabang terbaru. Cabang terbaru ini memiliki interior modern chic yang dipercantik dengan meja marmer. Kami memesan bermacam jenis pempek termasuk es kacang merahnya yang terkenal.
Suami yang saya bawakan pempek kulit dalam keadaan sudah dingin saja masih mengklaim bahwa pempek kulit Vico terbaik dibandingkan pempek kulit merk lainnya.
Es kacang merah Vico juga terkenal, rasanya benar enak dan tidak kalah dengan yang terkenal di pinggiran jalan. Bonusnya, es kacang merahnya lebih higienis. Kalau kamu tidak punya banyak waktu di Palembang bisa mampir ke Vico saja karena bisa mendapatkan es kacang merah dan pempek enak sekaligus. Porsi es kacang merahnya juga cukup besar sehingga bagi saya lebih ideal satu porsi dikonsumsi oleh dua orang.
6. Pempek Saga Sudi Mampir
Pempek Saga Sudi Mampir terkenal dengan pempek bakarnya Berbeda dengan pempek biasa yang menggunakan ikan tenggiri atau belida sebagai bahan baku utama, pempek bakar harus menggunakan bahan dasar ikan gabus karena jika menggunakan ikan tenggiri akan lengket di panggangan.
Untuk rasa sendiri lebih ringan dibandingkan pempek berbahan dasar tenggiri. Saya sendiri kurang cocok dengan jenis pempek bakar karena merasa timbre rasa “terbakar” di luar seperti kurang bersatu dengan rasa inti di dalam gigitan pempek bakar.
Namun selera orang beda-beda ya, contohnya teman saya malah merasa pempek bakar Saga sebagai pempek terbaiknya.
7. Pempek Beringin
Pempek beringin adalah menu camilan kami di hari kedua berada di Kota Palembang. Pempek Beringin merupakan salah satu jajaran pempek terkenal di Kota Palembang dengan tekstur rasa tenggiri yang lebih ringan dibandingkan Vico. Menariknya, Pempek Beringin menyediakan pempek frozen yang sudah dibungkus. Cocok untuk menjadi pilihan oleh-oleh. Pengunjung tinggal mengambil di freezer dan langsung membayarnya di kasir tanpa harus menunggu pempek untuk disiapkan dibawa pulang.
Cabang yang kami datangi adalah cabang terbaru dengan interior modern chic. Luas, bersih dan cukup nyaman sehingga enak untuk nongkrong.
8. Pempek Candy
Pempek Candy adalah destinasi pempek terakhir kami dalam perjalanan 2 hari 1 malam di Palembang. Sebenarnya kami membeli pempek ini dengan tujuan untuk oleh-oleh. Kami mendatangi toko Pempek Candy yang letaknya paling dekat dengan bandara. Benar-benar strategi bisnis menjaring pelanggan yang mencari oleh-oleh pempek last minute!
Namun, sayang rasanya melewatkan untuk mencicip jenis pempek lain fresh langsung dari toko, mumpung kami sudah berentetan merasakan berbagai jenis pempek.
Harga Pempek Candy termasuk paling murah dibandingkan jajaran pempek terkenal lainnya. Rasa cukonya juga pas dan tidak terlalu pedas dan sangit.
9. Pempek Taman Kenten
Kami sejujurnya tidak mencoba langsung pempek ini di tempat karena kami dibawakan sebagai oleh-oleh. Menurut pengakuan sang supir, majikannya rutin memberikan pempek ini kepada para tamu. Keberadaan pempek ini tidak banyak yang tahu, bahkan warga lokal Palembang pun tidak semuanya tahu. Kabarnya sih lokasinya ada di jalan kecil
Pempek Taman Kenten ini terkenal dengan pempek ikan Belida-nya. Saya juga tidak tahu persis apakah yang dibawakan untuk kami murni pempek belida atau campuran ikan belida dan tenggiri. Yang jelas, meski dibawakan berupa pempek frozen, rasa pempeknya krispi, garing, dan lembut di tengah tanpa meninggalkan kesan amis.
Cukupkah 2 hari 1 malam di Palembang?
Cukup, lebih dari cukup malah jika kamu dari pagi sudah sampai dan pulang di sore hari keesokan harinya. Dengan catatan, kami melancong hanya berdua saja (tanpa anak-anak) dan mobilisasi menggunkana mobil yang sudah disupiri. Jadi, meski tempat yang kami kunjungi terkesan banyak, bisa dibilang perjalanan kami saat itu tergolong santai dan tidak terkesan "ambisius".
Saya tidak yakin andai kami di Palembang bersama anak-anak. Mungkin semua tempat yang kami datangi itu baru selesai dilakukan jika menginap 3 hari 2 malam.
Puaskah kami dengan perjalanan 2 hari 1 malam di Palembang? Sangat puas. Lain kali ingin rasanya ke Palembang lagi jalan darat bersama anak-anak sembari mengunjungi lokasi di luar Palembang seperti Pagar Alam.
MasyaAllaah Palembang pun udah ada LRT :)) sebagai orang Jawa Timur aku ngiri hahaha. pengen banget ada transportasi publik yang nyaman kek LRT itu.
BalasHapusDuh belum lagi sama kulinernya yaa mbaa aaaaahh semoga bisa berkunjung kesana soon
Kayaknya (terpaksa) dibangun gara-gara ASIAN GAMES deh mba haha
HapusSalam dari orang Palembang, Mba :-D.
BalasHapusEmang sih, untuk wisata di Palembang destinasinya nggak seberapa dibandingkan kota-kota wisata lainnya. Namun kalau urusan kuliner, Palembang salah satu yang juara sih (wow bangga wkwkwkwk). Kami yang setiap lebaran pulang Palembang pun suka kekurangan hari buat makan-makan saking banyaknya pilihan kuliner.
Next time cobain pempek panggang gerobakan dekat JM sama model gendum gerobakan ala mamang-mamang juga, Mbak ;-)
Siap! Ditampung mba!
HapusMasyaa Allah. Aku baru tahu kalau mesjid Cheng Ho ada di Palembang. Yang pernah aku kunjungi mesjid Cheng Ho di Makassar. Kalau dilihat dari arsitekturnya mirip mirip ya. Warna dasarnya merah.
BalasHapuswaaaaa serunyaaa, lengkap ulasanyaa mbak berasa diajak jalan jalan online ke palembang, aduuuh itu es kacang merahnya menggoda sekalii ditangeh terik mentari yang sdang lucu lucunya huhu
BalasHapusNoted, baca ini jadi pengin ke Palembang lagi. Pernah ke sini , roadtrip tahun 2019 dan hanya 2 hari 1 malam juga, tapi sama anak dan ternyata kuraaang. Baru ke 2-3 tempat wisata, makan juga belum puas nyobanya. Huwaa...Mau ah roadtrip lagi mumpung tol dah jadi. Eksekusi yang itinerary dari Mbak Zeneth ini. TFS:)
BalasHapusWah impian banget bisa wisata ke Palembang soalnya saya besar di sana puluhan tahun silam hmm semoga kesampaian deh keinginan Saya
BalasHapusLengkap sekali referensi nya mbak. Keren habis deh.. pingin ke Palembang deh kalau kayak gini.
BalasHapusaku baru sekali k palembang dah lamaaaa bgt thn 2008 klo ga kliru
BalasHapusmau k sana lagiiiii😆🥰
aku kemarin dinas ke Palembang 4 hari, lumayan bisa jalan-jalan ke sungai musi, GOR tempat asean sama kampung jumput dalam 1 hari. Kalau makanan, meski di hotel, tiap hari dari panitia sana aku diajak ke tempat pempek terus. haha. 2 hari 1 malam sih cukup banget, yang penting budget cukup ya hahah.
BalasHapusWah, Palembang.. Kangen rasanya menikmati mie celor dan pempek di sana. Rasanya ga ada lawan, enak-enak semua hehehe. Lengkap nih referensi tempat wisatanya Mbak. Ke Palembang rasanya semakin mudah. Jalan darat pun bisa ditempuh kurang lebih 8 jam dari Jakarta sejak ada tol. Seru nih kalo bisa wisata ke Palembang.
BalasHapusWah Palembang, udah lama banget ngak pulang ke kampung halaman mama sejak mama ngak ada, kangen rumah nenek di pinggir sungai musi kangen juga sama kuliner khas Palembang terutama pempek-nya. Mudah-mudahan bisa jalan-jalan ke Palembang lagi bareng suami dan anak-anak agar tahu kampung halaman neneknya.
BalasHapusSayang banget ya Sport centre Jakabaring jadi terlantar padahal keren banget. Sering dijadikan event internasional.
BalasHapusPalembng oh palembang, kulinernya menggoda banget buat dicobain apalagi pas liat pempek jd pengen makan jg kan heheeh
BalasHapusPalembang, mesti ingetnya pempek.
BalasHapusDan memang pempeknya gak ada lawan. Serius, seenak itu kalau makan di kota tempat asalnya tuh..
Selain itu wisata yang menyenangkan, berasa si bolang, kak. Keren banget.
Martabak Palembang agak sedikit berbeda ya mbak dengan yang ada di Jawa? Kayak ada sausnya gitu ya? Favorit saya kalau kuliner Palembang itu empek-empek. Gak pernah bisa makan empek empek
BalasHapus