Asal-usul nama 3H pada Anak-anak

28 komentar

 "Kok orang-orang kayaknya terencana banget ngasih nama anaknya. Semacam hasilnya kayak rangkaian nama yang apik." Ujar saya dalam hati saat hamil.

Bagaimana saat kami menamai ketiga buah hati kami? Penuh dengan rangkaian penuh makna? Nama dengan awalan sama? Nama dengan singkatan sama? Atau malah nama yang kepikiran saja?

Cerita H1

Saya mulai memikirkan soal nama sejak diketahui prediksi jenis kelamin janin. Yha, kurang lebih saat usia kehamilan 20 minggu. Sejak itu, saya mulai sering mencari inspirasi nama anak di dunia maya. Tidak tiap hari mencari sih, kalau kepikiran ya Googling. Minggu depan kepikiran lagi, Googling lagi. Tentu saja keyword Google "kumpulan nama anak" selalu muncul di top pencarian 🤣.

Sebenarnya saya tidak bingung mau memberi nama apa. Di pikiran saya cuma 1: Khalid.

Kenapa? Tidak lain dan tidak bukan saya penyuka sejarah, lebih tepatnya seputar perang. Nama "Khalid" berasal dari "Khalid bin Walid" alias jendral perang jaman Rasulullah yang terkenal tidak pernah kalah.

Nah, nama "Khalid" sudah mbuled tuh, berarti tinggal cari 1 kata lagi. Kata pertama "Khalid" dan kata ketiga nama keluarga suami. Cuma mau 3 kata saja karena tidak mau kepanjangan, nanti kasian anaknya susah ngebuletin kertas ujian, hehe. Tidak juga satu dan dua kata karena tidak mau ribet pas buat paspor nantinya.

Saat semester 3, saya mulai mengajak suami diskusi perihal pilihan nama untuk anak. Entah suami mengawang atau gimana, intinya belum ada shortlist apalagi keputusan. Sebulan menjelang perkiraan kelahiran, tiba-tiba suami bertanya ke ibunya,

"Mami mau nama apa?"
"Hasan." Ucap mama mertua.

Saat di rumah, saya mulai mengajak suami diskusi soal nama anak. Ini mau dikasih nama apa, sudah tinggal sebulan, lho!

"Namanya Hasan ya."

hah, lho, kok gitu.

Saya protes donk, kan udah dari kapan tau bilang mau kasih nama "Khalid" untuk kata pertama buat si jabang bayi sejak ketahuan jenis kelaminnya. Kesal lah saya. Ini antara ga nyimak atau ga ngaggap atau apa sih.

"Ini cucu pertama, kita ga ada hak ngasih nama."

Dhuar. Apa-apaan ini maksudnya. Coba terangkan lagi apa maksud tidak ada hal memberi nama. Memang ini anak siapa.

"Memang dulu di kamu anak pertama ngasih nama sendiri?", lanjut suami.

Ya iyalah, kalau dikasih nama sama nenek-kakeknya, nama abang ga akan "Yvezz". Too weird pre-boomer generation.

"Kamu kira namaku darimana?", ujar suami lagi.

Seketika ingat saat mertua cerita bahwa suami sempat diberi nama Adisa Jusuf Habibie R., tapi ga jadi karena kepanjangan, akhirnya jadilah hanya "Yusuf" yang dipakai. Kebetulan neneknya suami adalah teman dekat pasangan suami istri Habibie-Ainun (di film namanya disebut kok, coba tebak? 😃). Tentu saja nenek-kakeknya suami ingin memberikan nama itu. 

"Yha, tapi kan nama Yusuf di tengah, kata kedua. Bukan kata pertama." Ucap saya dalam hati.

Long story short, perdebatan tidak kelar, akhirnya saya agak withdraw dengan mengusulkan agar nama "Khalid" ada di tengah. 

Jadi artinya lahiran fix udah punya nama kan? Belum tentu.
Pasalnya, sampai si sulung lahir pun keputusan belum bulat. Karena sibuk gelagapan jadi orangtua baru, perbincangan soal nama anak mau jadi siapa belum sepakat.

Sampai 2 hari menjelang akikah. Kebetulan keluarga kami sepakat tentang dalil akikah 7 hari setelah kelahiran bayi yang ditandai dengan mencukur rambut bayi dan mengkonversikannya menjadi berat perak. Tanpa perayaan. Mulai lah kami kelimpungan kembali memikirkan soal nama. Aduh gimana ya, apa ganti nama? Apa rangkai gabungin nama dalam 1 kata?

Akhirnya yang kami lakukan adalah menjadikan akikah sebagai buying time mensepakati nama resmi, alias 7 hari setelah kelahiran adalah 7 hari kegalauan memikirkan nama 🤣. Ternyata bukan cuma kami yang begitu. Beberapa teman dan keluarga juga ada lho yang begitu. Apakah kamu juga termasuk? 😃

Saat akikah entah saya pasrah atau gimana, saya menunggu ada yang bertanya,

"Jadi namanya siapa?", lupa entah siapa bertanya
"Hasan Khalid R."

Oh jadi itu namanya. Yaudah, ga kecewa juga karena sudah banyak melalui perdebatan hehe. Anggap saja akikah adalah momentum pengambilan keputusan terakhir 😃.

Ternyata pemberian nama Hasan ini memberikan ide kepada kami bagaimana cara menamai sampai beberapa anak berikutnya.

Cerita H2

"Kak, itu keren deh semua nama anak-anak bisa ha, sin, nun (dalam Bahasa Arab) semua. Udah direncanain ya?" Tanya salah seorang saudara.

Dalam hati pun tertawa terbahak. Noooo. Ide penyeragaman itu baru terjadi setelah keluar resmi nama anak pertama yang dalam prosesnya pun, yaudahlah ya.

Berawal dari H1 yang pertama saya pakaian baju bodysuit warna orange-hitam garis-garis alias kayak lebah. Maka entah bagaimana, kami sering menyebutnya "bee" dan berlanjut terus berkesinambungan. Even anaknya udah 3 tahun dan tentu baju lebahnya sudah kekecilan, tetap suka kami sebut "bee".

Menjelang usia kehamilan 20 minggu, disitulah saya deg-degan. Karena sudah punya anak laki, pasti pengen anak perempuan donk, setidaknya biar sepasang. Alhamdulillah dokter menyatakan bahwa janin berpotensi besar memiliki jenis kelamin perempuan. Kami pun bersorak (dalam hati). Seperti biasa, dimulai lah perjalanan saya mencari nama anak kedua, dengan proses seperti nama anak pertama alias banyak gugling. Saya juga merangkum shortlist nama-nama yang berpotensi digunakan. Maka saya ajukan lah daftar itu ke suami.

Tapi perkara jungkir balik gugling. saya kembali diguncangkan dengan celetukan suami,

"Bilqis kayaknya oke nih! Bilqis, Bee-lqis."

Udah, gitu aja. Saya benaran setuju 🤣. Maka jadi lah satu kata calon nama anak pertama. Tinggal mencari 1 kata lagi. Tidak lama berlanjut, terlontar lagi ide-ide random seperti,

"Hasan, lucu kayaknya nama berikutnya H lagi.", lupa entah siapa yang bilang ini.

Maka saya kembali berkutat dengan mesin pencarian Google, kembali menyodorkan shortlist nama berawalan H kepada suami.

"Hasna. Ini aja deh, biar sama-sama huruf ha, sin, dan nun."

Saya pun langsung setuju 🤣. 2 kata nama sudah ada, maka jauh sebelum H2 lahir, kami sudah sepakat soal nama, tidak menunggu mengulur waktu lagi di akikah.

Cerita H3

Pola ha, sin, nun, sudah ada. Otomatis variasi nama anak berikutnya tinggal mengikuti saja 🤣. Hasan dan Hasna sudah, berarti masih ada opsi Husain, Husni, Hasna, dan Hasanah. Tinggal menyesuaikan jenis kelamin saja.

Maka kami tetap menunggu waktu penentuan di usia kehamilan 20 minggu. Suami tidak sengaja terlihat menunjukkan keinginan memiliki anak laki-laki kembali. Makanya sering si sulung ditanyakan oleh suami,

"Hasan mau adik Husain atau Husna?"

Pola Ha, Sin, Nun sudah diketahui oleh keluarga besar, jadi selalu ditanyakan apakah sudah tahu Husain apa Husna.

"Ternyata Husna", jawab kami.

Yak, dari nama yang bingung di anak pertama, sekarang dari usia kehamilan 20 minggu sudah ada 1 nama fix. Husna. Tinggal memikirkan nama tengah saja. Tentu kembali ke rutinitas "Google is my friend". Namun, sebelum saya mengumpukan shortlist calon potensi nama tengah anak ketiga, saya terngiang-ngiang ucapan keluarga dari pihak suami.

"Ih, mirip bapaknya, dulu dia sebut dirinya sendiri "adila" karena tidak bisa mengucapkan s".

Dhuar,, Fix. Adilla. Itu nama tengah anak ketiga ini, ujar saya dalam hati. Saya pun mengusukan ide "brilian" ini ke suami. 

"Oke." 

Lah, gitu doank, dia juga dengan gampangnya setuju 🤣. Nama anak ketiga pun sudah disepakati sejak sebelum ia lahir. Padahal H3 lahir super mendadak, minggu ke-36 mungkin?




28 komentar

  1. Setiap anak mempunyai kisahnya masing-masing saat pemberian nama ya Kak, kalau di keluargaku, suamiku cuma minta semua anak ada nama 'Mas" di awal nama, jadinya sekarang semua anakku cowok atau cewek ada nama "Mas"nya hehe

    BalasHapus
  2. Dengar cerita ini saya jadi khawatir, suatu hari nanti, nggak kebayang kalau saya yang hamil tapi orang lain (orang tua/mertua) yang ngotot ngasih nama anak. Pokoknya harus saya dan suami yang ngasih nama anak. Btw nama anak2 di keluarga saya juga sama, inisial R semua. Tapi kayaknya juga enggak direncanakan di awal.

    BalasHapus
  3. ketika aku baca artikel ini masih di perkuliahan kak jadi berasa memang memberi nama anak sering sering cari referensi dan pasti pasti nanti anaknya udah umura belasan ditanyaain deh wkwk. kayak pah, pah arti namaku apa yaa?" ini kayak tergiang giang kak wkwk

    BalasHapus
  4. Wah ternyata menentukan nama anak pun ada dramanya sendiri, ya? Untuk aku yang belum menikah justru udah memilih list-list nama untuk calon anak aku nanti. Khawatir bakal ada drama kedepannya deh hahaha. Tapi yang pasti nama anak harus mengandung kebaikan dan sesuai dengan kesepakatan orang tuanya

    BalasHapus
  5. Tapi emang keren ketiganya dari Ha Sin dan Nun. Walau awalnya tidak direncanakan ya...
    Apapun namanya yg penting artinya baik ya karena nama itu adalah doa...
    Sehat selalu untuk ayah ibu dan ketiga anaknya, hehe...

    BalasHapus
  6. Hahaha, setiap nama punya cerita ya kakak, dan tentu ada doa di dalamnya

    BalasHapus
  7. Wah.. ternyata ada cerita seru dibalik pemilihan nama putra-putri nya ya.. Terimakasih sharing pengalamannya kak..

    BalasHapus
  8. Haha, lucu sekali. Memang pemberian nama anak itu punya dramanya tersendiri deh kalau di sini. Aneh sekali, orang lain berbondong-bondong ingin turut kontribusi pemberian nama, biar apa sih? toh yang berhak memberi nama kan ayah sama mamanya :D

    BalasHapus
  9. Ada saja ya cerita di balik pemberian anak. Jadi teringat temanku yang punya anak semuanya namanya F karena bapak ibunya juga berhuruf depan F. Lucuk menurutku dan sebuah nama seperti ini bisa jadi cerita sampai dewasa nanti 🤭🤭

    BalasHapus
  10. Hihi gemes sekali namanya jadi berpola ya..
    Ha sin nun..
    Semua nama anak selalu ada kisah unik dan doa baik dibaliknya

    BalasHapus
  11. Wah aku belum melewati fase memberikan nama anak sih. Selalu suka dengar atau baca baca cerita yang kayak begini.

    BalasHapus
  12. Kalau anak saya keduanya pakai nama depan Y dan semua namanya dikasih sama suami. Saya sebenarnya pengen kasih nama tapi keduluan suami. He

    BalasHapus
  13. kalo molly dan adek dikasih nama ukhti dan ikhwan biar sepasang hehe.. jaman dulu blm ada trend namain anak pake awal abjad yg sama

    BalasHapus
  14. Bagus-bagus Mbak nama anak-anaknya. Bisa pas terkonsep lagi, Ha Sin Nun. Jujur saya pun dulu sempat temenan dekat dengan google saat akan memberi nama anak. Ada beberapa suku kata yang mirip juga sih antara kakak dan adiknya, tapi itu lebih karena kebetulan sih menurut saya hehehe.

    BalasHapus
  15. Aku belum punya anak, tapi dulu banget udah bikin namanya, hahaha. Tapi, kayanya gak kupakai karena udah kepikiran nama lain. Dan kalau boleh, mau maksa, nama harus aku sama pasangan. Orang lain gak boleh urun walaupun itu Kakek Neneknya

    BalasHapus
  16. Pemberian nama anak biasanya ksepakatan antara pasangan ya hanya keluarga inti yg lain cma bsa kasi saran aja sih

    BalasHapus
  17. Haha drama ngasih nama anak pertama ternyata memang ada ya..banyakan di anak pertama. Akhirnya last minute mau akikah baru nemu nama jadinya. Anak selanjutnya mah mudaaah
    Btw...teman dekat pasangan suami istri Habibie-Ainun (di film namanya disebut) itu siapa ya...kepoooo saya

    BalasHapus
  18. Iya yah, ngak kepikiran padahal tiga anakku yang kasih nama yang aku, suami terima-terima saja asal sudah tahu makna dari nama itu, tapi paling bingung pas anak pertama, belum ada persiapan nama meskipun sudah ada draft pilihan, soalnya lahirnya ngak sesuai prediksi.

    BalasHapus
  19. Anakku namanya gabungan nama neneknya ahaha. Dan nama tengah itu singkatan dari anak pertama dari nama ayah ibunya hehe. Semua serba singkatan 😁

    BalasHapus
  20. Perkara nama anak emang segitunya kok bund. Aku pun gitu. Tapi pas lahiran anak pertamaku, tantenya yg dari pondok pengen nyariin nama. Ywdah suami dan keluargaku setuju. Jd ya tantenya mikir sampe dua bulan sblm lahiran hahaha dan dari banyaknya rekomendasi nama, akhirnya ada yg aku duka satu nama yg skrang dipake anakku hahay.. buar gak ada yang sama soalnya namaknya di desaku dan desa mertua kwkw
    Lucu juga kisah bunda ini, hihi kupikir hajya diriku yg remvong soal nama hehe
    Aku bahkan udh mikir kalo nama kepanjangan takut di ujian bkin ribet. Jaman dulu ada UN, takutnya suatu ketika bakal diadakan lagi hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali Bun.. Dulu sebelum memberi nama, pertimbangan panjang pendeknya nama pun jadi pikiran. Khawatir nanti susah kalau mereka besar dan masih harus bulet2in kertas ujian hehehe. Urusan nama ini memang perlu perjuangan panjang ya rata-rata.

      Hapus
  21. Wahhhh seru juga ya mbaa cerita pemberian nama anak2 dari yang anak pertama ada berbagai drama hingga anak ke 3 yang tiba2 aja langsung klik okehhh hehe...
    Semoga semua menjadi anak sholeh sholekhah kebanggaan keluarga aamin

    BalasHapus
  22. Jadi ingat ngasih nama anak. 1- 5. Semua yang ketok palu pak bos

    BalasHapus
  23. jadi ingat nih beberapa teman kuliah juga namanya dengan saudaranya berpola ada yang handa, handi, hadia sama hilman dan hilma atau gimana gitu

    BalasHapus
  24. Memang memberi nama anak tuh selalu ada aja ceritanya, nama anakku beneran murni aku yang berikan karena pak suami tim tahu beres aja namanya, paling minta arti namanya aja. Ga tau nih nanti kalau anak kedua dan seterusnya akan pakai nama gimana

    BalasHapus
  25. Nama berpola ini jadi lebih bermakna yaa..
    Karena pasti nanti anak kalau uda bisa diajak diskusi bakalan nanya arti namaku, nama adikku nama orangtua.. hehehe, jadi ada behind the story yang menarik.

    BalasHapus
  26. Pemberian nama ini memang bikin pening, apalagi ketika anak pertama yaaa.. Dulu saya pernah pengin punya anak bernama Aulia, eeeh tidak di-acc dong sama pak suami. Dia udah berdiskusi nama anak ini dengan teman2nya yang ahli bahasa, jadi ketika menempelkan nama yang kearab-araban pada anak kami, struktur bahasanya sudah disesuaikan dengan penggunaan di negara aslinya sana. Duh lah segitunya amat yaa hehehee... ya gitu lah :D

    BalasHapus
  27. Ups penamaan anak harus apa kata mertua??? Hmmm gimana ya....sebagai calon ibunya harus sesuai kemauan dan keinginan ibunya dong...emang momen kelahiran anak pertama aekaligus cucu pertama selalu excited poll

    BalasHapus