Menjadi serpihan-serpihan kecil, debu-debu berterbangan, larut dengan udara yang kita hirup. Semuanya menyatu, menjadi satu. Dan alam ini menjadi terkoyak seperti kertas yang disobek-sobek kecil dan dilemparkan begitu saja. Menghambur, lalu hangus terbakar menjadi seperti celacah rokok. Rokok yang terus terbakar sehingga menyisakan hanya abu.
Kemudian, Sang nelayan meraba-raba sekitarnya.
Dziiiiinnnnngggg,,,
Berharap bisa menemukan kesadarannya, sang nelayan terkaget.
"Apa yang terjadi padaku?".
Dengan matanya yang baru terbuka, pikirannya begitu terkecamuk. Sambil mengucek-ucek matanya. Sang nelayan masih gamang, membedakan antara pikirannya dan keadaan nyata. Lulungu.
keluarganya.
Lalu baru ia sadar. Bahwa, dia telah kembali kedunia nyata. Bersama keluarga disekitarnya. Anaknya pun langsung menghambur menuju padanya. Berpelukan. Tiba-tiba pikirannya yang penuh gundah gulana itu telah tergantikan dengan suatu kesejukan. Kehangatan yang tidak tergantikan. Kemesraan dan kehangatan keluarga. Aura sang anak seperti menambal bobroknya pikirannya itu. Membuat sang nelayan tersadar bahwa selama ini ia terjerembab ke alam pikirannya sendiri. Lalu sang anak bertanya,
"Ayah,, kemana saja?"
Sang ayah terdiam. Sejenak kemudian, ia berkata,
"Terima kasih."
Ia menyadari sesuatu bahwa ia tak boleh begini terus. Ia tidak akan membiarkan pikirannya menjadi raja bagi dirinya. Membawa dia meninggalkan dunia nyata. Menuju awang-awang tanpa ujung. Kemudian, setelah sekian lama pada akhirnya, aura keluarganya lah yang membimbing ia meninggalkan kekelamannya. Menyelamatkanya menuju dunia nyata. Meninggalkan alam bawah sadarnya. Hal itu seperti sebuah cahaya yang menghampiri.
Cahaya itu,,
Cahaya itu adalah aura keluarganya
Kemudian, Sang nelayan meraba-raba sekitarnya.
Dziiiiinnnnngggg,,,
Berharap bisa menemukan kesadarannya, sang nelayan terkaget.
"Apa yang terjadi padaku?".
Dengan matanya yang baru terbuka, pikirannya begitu terkecamuk. Sambil mengucek-ucek matanya. Sang nelayan masih gamang, membedakan antara pikirannya dan keadaan nyata. Lulungu.
keluarganya.
Lalu baru ia sadar. Bahwa, dia telah kembali kedunia nyata. Bersama keluarga disekitarnya. Anaknya pun langsung menghambur menuju padanya. Berpelukan. Tiba-tiba pikirannya yang penuh gundah gulana itu telah tergantikan dengan suatu kesejukan. Kehangatan yang tidak tergantikan. Kemesraan dan kehangatan keluarga. Aura sang anak seperti menambal bobroknya pikirannya itu. Membuat sang nelayan tersadar bahwa selama ini ia terjerembab ke alam pikirannya sendiri. Lalu sang anak bertanya,
"Ayah,, kemana saja?"
Sang ayah terdiam. Sejenak kemudian, ia berkata,
"Terima kasih."
Ia menyadari sesuatu bahwa ia tak boleh begini terus. Ia tidak akan membiarkan pikirannya menjadi raja bagi dirinya. Membawa dia meninggalkan dunia nyata. Menuju awang-awang tanpa ujung. Kemudian, setelah sekian lama pada akhirnya, aura keluarganya lah yang membimbing ia meninggalkan kekelamannya. Menyelamatkanya menuju dunia nyata. Meninggalkan alam bawah sadarnya. Hal itu seperti sebuah cahaya yang menghampiri.
Cahaya itu,,
Cahaya itu adalah aura keluarganya
FIN
TAMAT
TAMAT
Tunggu,,tunggu,,jangan buruan merasa puas dulu. Tidak terpikirkah kalian mengenai nasib si pemilik suara asing itu?
Penasaran?
Gundah Gulana?
Nantikan laporan nasib sang manusia di blog berikutnya!
Penasaran?
Gundah Gulana?
Nantikan laporan nasib sang manusia di blog berikutnya!